Wednesday, September 29, 2010

Baru, Unsur Kimia Tak Stabil 117



Unsur 117

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tim Fisika Internasional telah menghasilkan unsur atom – sekilas—dalam suatu pukulan keras di Rusia. Temuan ini menambah panjang tabel periodik unsur di luar Uranium, yang masih belum disepakati. Unsur baru itu diberi nama -- tidak resmi--Unsur 117.
Unsur 117 merupakan unsur kelima baru yang ditemukan ilmuwan di sepuluh tahun terakhir.

Secara bersama-sama, "Unsur-unsur baru ini memperluas pemahaman kita tentang alam semesta dan memberikan tes penting dari teori nuklir," kata Fisikawan Vanderbilt University Joe Hamilton dalam sebuah pernyataan. Dr Hamilton merupakan anggota tim.

Meskipun elemen bebas secara luas dianggap "buatan" atau muncul hanya di laboratorium, namun beberapa peneliti mengatakan kejadian langka mungkin terjadi di alam. Seperti kejadian sekilas oleh kejadian supernova atau ledakan bintang besar.

Penemuan unsur-unsur baru memiliki sejarah panjang. Tetapi pada awal abad ke-20, ilmuwan mulai menggali jauh ke dalam sifat atom, unsur-unsur baru semakin banyak muncul di laboratorium. Peneliti mengenal unsur yang dibombardir dengan neutron atau proton-neutron itu sebagai campuran partikel alpha - produk peluruhan radioaktif.

Pencarian ini didorong keinginan para fisikawan nuklir menemukan satu unsur stabil dari proses laboratorium. Berdasarkan teori unsur memiliki kestabilan dengan batasan tertentu yang disebut pulau kestabilan. Sehingga unsur dari proses nuklir di laboratorium perlu lebih stabil.

Gagasan tentang sebuah pulau stabilitas pertama kali diusulkan pada 1960-an. Tapi "sepuluh tahun yang lalu, banyak orang berpikir bidang ini sudah berakhir," kata James Roberto, seorang fisikawan di Oak Ridge National Laboratory di Oak Ridge, Tenn. Akibatnya, katanya, para ilmuwan berpikir mereka telah kehabisan semua teknik penghasil unsur baru yang meyakinkan.

Semua berubah ketika peneliti mendapat akses menuju cyclotron yang kuat di Joint Institute for Nuclear Research Rusia di Dubna sebagai pelempar ion berat ke target. Pada akhirnya, peneliti Yuri Oganessian membentu ‘proyektil’ atomik baru– ion berat calsium– untuk menembak target dibuat dari unsur berat lain.

Dalam kasus terbaru, target dibuat dari unsur radioaktif Berkelium. Unsur ini dibuat Oak Ridge National Laboratory lebih dari setahun untuk memproses dan memurnikan Berkalium sebagai target cyclorotron. Peneliti cyclotron di Dubna kemudian menembakkan balok ion calsium ke target selama 150 hari. Proses ini membentuk enam unsur 117.

Atom terbentuk dalam waktu antara 21 dan 45 per juta detik. Menjadi tak stabil, mereka membuat atom tampak sebagai rantai unsur rusak 117. Tapi bukti ini sudah cukup untuk mengumumkan suatu “penemuan”.

Kemudian, tim ini meletakkan unsur ini pada deret terakhir tabel periodek – lokasi kosong antara elemn 116 dan 118. Dan ini dekat dengan petunjuk temuan baru dengan kombinasi proyektil dan target guna menciptakan unsur 119 dan 120.

Dr. Roberto menegaskan saat ini tim siap-siap menyelidiki unsur kimia 117. Hasil tim ini diterima untuk dipublikasikan dalam journal Physical Review Letters.


unsur kimia emas

Emas, Au, bernomor atom 79. Artinya, emas mempunyai 79 proton pada intinya. Massa atom emas adalah 196,967 dan jari-jari atomnya 0,1442 nm. Perhitungan itu menarik karena lebih kecil dari perkiraan secara teori. Susunan elektron terluar di seputar inti emas didasarkan pada14 4f, 10 5d, dan 6s kulit elektron (rumusnya [Xe] 4f 14 5d 10 6s).

Susunan elektron ini berkaitan dengan sifat warna kuning emas. Warna logam terbentuk berdasarkan transisi elektron di antara ikatan-ikatan energinya. Kemampuan menyerap cahaya pada panjang gelombang untuk menghasilkan warna emas yang khas terjadi karena transisi ikatan d yang melepaskan posisi di ikatan konduksi. Penambahan unsur-unsur campuran berdampak pada warna emas. Misalnya, penambahan unsur nikel atau paladium akan memutihkan emas.
Jumlah proton pada inti emas tetap 79, tetapi jumlah netron beragam dari satu atom ke atom lainnya sesuai dengan jumlah isotopnya. Meski begitu, hanya ada satu isotop nonradio aktif yang stabil yang terdapat pada semua emas alam yang ditemukan.

Struktur kristal logam emas adalah face centred cubic (FCC, lihat di bawah). Struktur kristal ini memberikan sumbangan bagi kelenturan emas yang tinggi untuk dibentuk karena ruang FCC-nya cocok bagi perpindahan atom. Perpindahan ini sangat penting untuk mencapai tingkat kelenturan yang tinggi.

Tingkat kerapatan emas (19,3 g/cm3) bergantung pada massa atom dan struktur kristalnya. Hal ini membuat emas lebih berat daripada materi logam biasa. Contohnya, aluminium hanya memiliki kerapatan 2,7 g/cm3. Bahkan, baja hanya 7,87 g/cm3.

Titik leleh emas murni adalah 1064 C, meskipun ketika dicampur dengan unsur logam lainnya, seperti perak atau tembaga, logam campuran itu akan meleleh melebihi temperatur yang terukur. Titik didih emas, ketika emas diubah dari cairan menjadi gas, adalah 2860 C.

Kemampuan emas agar efisien mengubah panas dan listrik akan lebih baik jika dicampur dengan tembaga dan perak; menjadikan campurannya tidak teruraike dalam elektron untuk semikonduktor dan konektor pada teknologi komputer. Tahanan listrik emas adalah 0,022 mikro-ohm m pada 20 C. Konduktivitas suhunya 310 W/mK pada suhu yang sama, 20 C. Ketahanan emas terhadap karat untuk dibuat sebagai alat adalah yang paling baik. Energi potensial elektrodanya diukur dibandingkan dengan hidrogen dan rangkaian elektrokimia disiapkan untuk logam sebagaimana disebut di bawah. Tidak mengherankan, jika emas berada pada posisi teratas dari rangkaian yang menunjukkan ketahanannya terhadap karat. Pada praktiknya, emas hanya berkarat jika dicampur dengan nitrat dan asam hidroklorida (aqua regia). Dalam penggunaan sehari-hari, emas tidak luntur. Emas hanya terurai di dalam sianida.