Suatu tipe baru yang sangat fundamental dari pembangkitan tenaga kemungkinan akan ada di masa mendatang dan berterima kasih kepada para peneliti di Amerika Serikat dan Korea yang telah menciptakan nanotube ‘fusi’ yang memanfaatkan energi dari rekasi kimiawi Alat ini mengubah energi kimiawi kedalam energi listrik, namun sangatlah kecil dibandingkan dengan bateri tradisional yang membuka pintu bagi beberapa aplikasi diantaranya sensor mengambang atau sel bahan bakar baru.
Nanotube karbon dikenal memiliki konduktifitas thermal tinggi yang tidak biasa karena cara merampingkannya didalam paket energi panansnya, dikenal sebagai phonons, dan dapat berjalan melalui strukturnya. Teori baru-baru ini menunjukkan bahwa jika jarak rata-rata antara kolisi phonon sesuai ukuran fisik reaksi eksothermik eksternal, maka phonons mampu untuk menciptakan suatu ‘gelombang reaksi’ terakselerasi yang dengan cepat tersebar ke nanotube.
Michael Strano dan para koleganya pada Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat, dan Sungkyunkwan University, Korea, sekarang ini telah mendemonstrasikan suatu rekasi gelombang. Apalagi, mereka telah menunjukkan bagaimana hal ini dapat menciptakan suatu ‘gelombang thermopower’ paralel untuk mengubah suatu panas rekasi eksothermic kedalam bentuk listrik. ‘Hal ini menciptakan suatu area baru dalam penelitian energi,’ kata Strano.
Untuk menciptakan alat mereka, kelompok Strano membungkus lapisan tebal bahan bakar berukuran 7nm yang dikenal dengan cyclotrimethylene trinitramine (TNA) sepanjang nanotube. Setelah TNA dinyalakan, gelombang rekasi mulai bergerak menuju struktur sementara itu memasangkan kembali pada TNA yang tidak digunakan- seperti ‘fusi pada steroid’, menurut Strano. Sebaliknya, pengaruh arus balik ini menciptakan gelombang thermopower, yang menghasilkan arus listrik paralel.
Penyalaaan pada salah satu ujung TNA-CNT menghasilkan suatu rekasi eksothermic dan transfer panas seputar panjangnya CNT, dengan pengaruh arus balik
Sudah ada beberapa aplikasi pada beberapa kartu suatu pembangkit tenaga nanotube. Salah satu keuntungannnya adalah bahwa saat semua bahan bakarnya digunakan, mereka dapat diisi ulang dengan tenaga lebih. Hal ini membuka suatu pintu terhadap suatu tipe baru sel bahan bakar, yang didalamnya bahan bakar cair seperti methanol diinjeksikan kedalam susunan nanotube bagi pembangkitan thermopower, dan kemudian dire-injeksikan lagi saat digunakan kembali. Meskipun jenis teknologi ini akan membutuhkan penelitian lanjut, jenis ini mempunyai potensi bagi efisiensi yang lebih tinggi ketimbang mesin pembakaran tradisional, dan tidak akan mempunyai bagian yang bergerak.
Sebagai tambahan, berat nanotube yang seringan bulu berarti bahwa mereka dapat memberi tenaga bagi semua jenis alat yang ultra kecil. ‘Bayangkan suatu sensor yang dapat mengambang di udara seperti debu, namun mengirimkan sinyal telepon seluler saat diinginkan,’ usul Strano.
No comments:
Post a Comment